Ilmu sosial dasar


ILMU SOSIAL DASAR
1.      PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

A.    PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN MIGRASI
Keresahan dunia terhadap ledakan penduduk yang pesat ini dikaitkan dengan faktorPendukung, yaitu ketersediaan sarana, sumber daya dan iklim yang kondusif bagi pemenuhan kebutuhan bagi jumlah penduduk yang bertambah itu. Persoalan-persoalan itu diantaranya adalah hubungan antara sumber-sumberalam tersebut dan penduduk, ketidaksamaan keadaan ekonomi antara negara sudah berkembang dan negara yang sedang berkembang, keberatan pandangan agama terhadap beberapa metode pengawasan penduduk, rendahnya tingkat pendidikan sebagian besar penduduk terutama di negara yang sedang berkembang, adanya kenyataan pluralitas budaya pada negara-negara tertentu, konteks kebudayaan, sosial dan politik penduduk.
Ketersediaan sumber daya alam terbatas, tidak dapat mengimbangi lajunya pertumbuhan penduduk. Problem kependudukan juga menghantui indonesia b salah satu negara duina ketiga yng sedang giat-giatnya membangun. Bila dilihat penyebabnya maka  beberapa faktor yang mendorong terjadinya problem kependudukan tersebut baik secara kuantitatif maupun kualitatif antara lain:
·         Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta peradaban manusia terutama di bidang teknologi baru, pelayanan kesehatan, pendidikan, komunikasi dan lain-lain.
·         Dorongan atau hasrat naluri manusia yang selalu memperoleh kondisi yang lebih baik dari yang sebelumnya di dalam kehidupannya baik material maupun intelektual.
·         Keterbatasan kemempuan dukungan alam dan sumber alam serta dukungan lainnya yang diperlukan.
·         Keamanan dan kestabilan negara terutama setelah pemerintah Orde Baru dengan titik perhatian utama kepada usaha di bidang pembangunan telah membawa pengaruh terhadap tingkat kesejahteraaan yang lebih baik.
Pertumbuhan penduduk merupakan salah satu faktor penting dalam masalah sosial ekonomi umumnya dalam dan masalah penduduk khususnya. Apabila pertambahan penduduk tidak dapat diimbangi dengan pertambahan fasilitas akan menimbulkan ingkat masalah-masalah seperti akan bertambah tingginya angka pengangguran, semakin meningkatnya kemiskinan serta timbulnya berbagai kejahatan atau kriminalitas lain.
a.       Migrasi
Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tempat tinggal dan pindahnya tidak terlalu dekat, melainkan melintasi batas administrasi,pndah ke unit administrasi lain, misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara. Dengan kata lain migrasi merupakan perpindahan penduduk dari satu unit geografis ke unit geografis lainnya.
Ross Steele menyatakan bahwa migrasi meliputi perpindahan ke rumah sebelah yang jarak beberapa meter dari rumah lama, tetapi juga mencakup perpindahan ke negara lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer ( sunarto, 1985). Selanjunya PBB menyatakan bahwa migrasi adalah suatu perpindahan tempat tinggal dari satu unit administratif ke unit administratif lainnya ( Sunarto, 1985 )
Secara garis besar migrasi di indonesia dibagi menjadi dua yaitu:
a.       Urbanisai ( migrasi dari desa ke kota ) walaupun urutannya sangat kecil, namun dapat mempengaruhi pola distribusi penduduk secara keseluruhan.
b.      Migrasi interregional di indonesia kebanyakan dilakukan oleh mereka yang berumur produkif dan kreatifitas tinggi.
c.       Migrasi antar negara di indonesia adalah sangat kecil dari hasil sensus penduduk pada tahun 1971 sampai dengan 1980.
Pengaruh migrasi pada umumnya bersifat selektif artinya bahwa yang pindah dan menempati tempat baru mempunyai karakteristik kependududkan khas, mengenai umur, pendidikan status sosial, kebudayaan dan sebagainya. Migrasi desa kota pada umumnya lebih banyak dilakukan oleh laki-laki daripada wanita, akibatnya resiko seks di pedesaan berkurang dan dikota bertambah.
2.      PEMBAGIAN KERJA DALAM MASYARAKAT
Mata pencahaian, kegiatan ekonomi, merupakan suatu aktivitas manusia guna mempertahankan hidupnya dan memperoleh hidup yang layak. Corak dan macam aktivitas berbeda sesuai dengan kemempuan masyarakat yang bersangkutan.
Penyusunan dan pembagian sistem-sistem mata pencaharian hidup menurut beberapa penulis tidak ada keseragaman, walaupun pada prinsipnya satu sama lain tidak menunjukan perbedaan yang mencolok.
Menurut koentjaraningrat urutan sistem mata pencaharian hidup adalah sebagai berikut :
Ø  Berburu dan meramu
Ø  Perikanan
Ø  Bercocok tanam di ladang
Ø  Bercocok tanam menetap
Sedangkan menurut jones dan darkenwald adalah sebagai berikut :
Ø  Pengumpulan
Ø  Perburuan
Ø  Perikanan
Ø  Perternakan dan pertanian
Ø  Kehutanan
Ø  Kerajinan dan perusahaan rimah tangga
Ø  Industri , pertambangan dan pengangkutan
Ø  Perdgangan
Di dalam masyarakat modern ditunjukkan dengan meningkatnya pembagian kerja dan spesialisasi. Masing-masing para anggota masyarakat mempunyai jenis pekerjaan tertentu dalam masyarakat. Misalnya adanya petni, buruh, guru, ulama atau pegawai, pengusaha dan sebagainya. Tiap anggota masyarakat yang mempunyai jenis pekerjaan tertentu mempunyai peranan yang berbeda dengan anggota masyarakat lain yang mempunyai jenis pekerjaan yang berbeda meskipun dalam bidang yang sesuai atau sama. Misalnya dalam dunia perusahaan peranan buruh berbeda dengan peranan pengusaha. Perbedaan itu dapat dilihat dalam hak-hak dan kewajiban-kewajiban buruh dan pengusaha.
3.      PEREKEMBANGAN KEBUDAYAAN
Kebudayyan dan masyarakat dalah ibarat dua sisi mata uang, satu sama lain tidak dapat dipisahkan.Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata ”buddhi “ yang berarti budi akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal.
Selo Soemarjan dan Soelaiman Sumardi memberikan batasan kebudayaan sebagai semua hasil karya rasa dan cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniyah yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekelilingnya untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia mewujudkan segala kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan dalam arti luas misalnya agama, idiologi, kebatinan, kesenian dan semua unsur hasil ekspresi dari jiwa manusia sebagai anggota masyarakat. Cipta maerupakan kemampun mental, kemampuan berpikir dari orang-orang yang hidup sebagai anggota masyarakat yang antara lain menghasilkan filsafat dan ilmu pengetahuan baik murni maupun terapan. Rasa dan cipta menghasilkan kebudayaan rohaniah atau spiritual.

Unsur-unsur kebudayaan dari tiap-tiap bangsa atau masyarakat dapat dibagi ke dalam suatu jumlah unsur yang tak terbatas jumlahnya. Dari keseluruhan unsur-unsur yang merupakan suatu kebudayaan yang bulat itu dapat terdiri atas unsur-unsur besar dan unsur-unsur kecil. Misalnya dalam kebudayaan indonesia dapat dijumpai unsur besar seperti MPR, DPR, di samping unsur-unsur kecil seperti kancing baju, isir, sepatu, tas dan sebagainya.
Fungsi kebudayaan bagi masyarakat sangat besar. Hal ini disebabkan ada dua aspek, yaitu
·         Bermacam-macam hakikat yang harus dihadapi oleh masyarakat dan anggota-anggota masyarakat misalnya kekuatan alam sekitar dan kekutan-kekuatan dalam masyarakat itu sendiri.
·         Manusia dan masyarakat memeprlukan kepuasan baik di bidang spiritual maupun material. Kebutuhan masyarakat tersebut sebagian besar haus dipenuhi oleh kebudayaan yang besumber pada masyarakat itu sendiri.
Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau berhubungan dengan orang lain. Perkembangan kebudayaan  dalam memenfaatkan sumber daya atau lingkungan manusia tidak melakukan perubahaan cara  mulai dari cara menanam kepada cara bercocok tanam sampai kepada pertanian dan perternakan dan akhirnya sampai mencapai tingkat industri modern.
Faktor dari dalam, perkembangan akal budi dan daya kreasi anggota masyarakat dapat membawa perubahan dalam masyarakat itu. Rekaan dan penemuan yang terjadi dalam masyarakat baik yang berupa kebudayaa kebendaan maupun yang berupa kebudayaan spiritual, dapat membawa perubahan pandangan dan penilaian terhadap segala yang ada pada masyarakat itu. Perubahan tadi sebelum dapat diterima oleh anggota-anggota masyarakat harus melalui proses yang panjang dan lama.
Faktor dari luar yaitu akulturasi ialah proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing yang berbeda sedemikian rupa sehingga unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat laun diterima dan diolh kedalam kebudayaannya sendiri yang menyebabkan hilangnya kebudayaan sendiri. Asimilasi dengan adanya mobilitas penduduk, maka manusia baik secara individual maupun kelompok akan bercampur satu sama lain. Akibatnya percampuran manusia dari berbagai kebudayaan, maka unsur-unsur kebudayaan yang terbawa oleh mereka akan tercampur pula. Dan difusi adalah proses penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari suatu daerah ke daerah lain atau dari negara ke negara lain.
4.      PERANATA-PRANATA DAN INSTITUSIONALISASI
a.       Pranata-pranata
Pranata adalah sistem pola sosial yang tersusun rapi dan bersifat permanen serta mengandung perilaku-perilaku tertentu yang bersifat kokoh dan terpadu demi pemuasan dan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat.
Norma-norma di masyarakat mempunyai kekuatan mengikat berbeda-beda. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat daripada norma-norma tersebut, dikenal dengan empat pengertian, yaitu :
ü  Cara (usage) mempunyai kekuatan mengikat yang lebih lemah bila dibandingkan dengan kebiasaan, sedangkan kebiasaan mempunyai kekuatan mengikat yang lebih lemah dibandingkan dengan tata kelakuan.
ü  Kebiasaan (folkways) diartikan sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. Hal ini mempunyai bukti bahwa orang banyak menyukai perbutan itu.
ü  Tata kelakuan (mores) dalah kebiasaan yang diterima sebagian norma-norma pengatur. Tata kelakuan mencerminkan sifat-sifat yang hidup dari kelompok manusia yang dilaksanakan sebagai alat mengawas, secara sadar atau tidak sadar oleh masyarakat terhadap anggotanya.
ü  Adat istiadat (custom) adalah norma yang sangat kuat daya pengikatnya, sehingga anggota-anggota masyarakat yang melarangnya akan menerima sanksi yang keras yang kadang-kadang secara tidak langsung diperlukannya.
b.      Institusionalisasi
Institusionalisai adalah perkembangan sistem yang teratur dari norma status dan peranan-peranan yang ditetapkan yang diterima oleh masyarakat.
Cohen (1983) menyatakan bahwa institusionalisasi dalah perkembangan sistem yang teratur dari norma-norma peranan-peranan yang ditetapkan dan diterima oleh masyarakat. Loomis (1960) menyatakan bahwa proses institusionalisasi menyangkut semua unsur dan proses sistem sosial tetapi dari semua unsur dan proses sistem sosial yang ada maka untuk normalah dianggap lebih penting.



INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT
1.      PERTTUMBUHAN INDIVIDU
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna diantara makhluk hidup ciptaan Tuhan, karena manusia memiliki akal. Namun demikian sebagai makhluk biologis merupakan individu yang memiliki potensi-potensi kejiwaan yang harus dikembangkan. Dalam rangka perkembangan individu ini diperlukan suatu keterpaduan antara pertumbuhan jasmani dan rohani.
Dengan demikian dalam hidup dan kehidupannya harus selalu mengadakan kontak dengan manusia lain. Jadilah kemudian manusia sebagai individu merupakan makhluk sosial yang hidup dalam masyararakat.
Perkembangan individu pada masa dewasanya manusia lebih banyak menghadapi masalah hidup yang tidak dapat diatasi dengan insting atau kebiasaan-kebiasaannya saja. Manusiapun mempunyai insting, tetapi manusia tidak semata-mata dikuasai oleh insting. Manusia mempunyai kemampuan-kemampuan yang dapat berkembang ke segala arah untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang silih berganti.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Model pembelajaran ips

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN IPS TERPADU

 
 
 
 
 
 
11 Votes

oleh : Ojim suryana
BAB II
MODEL PEMBELAJARAN TERPADU
A.    Pengertian Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu merupakan suatu model pembelajaran yang mencoba memadukan beberapa pokok bahasan. Salah satu diantaranya adalah memadukan pokok bahasan atau sub pokok bahasan atau bidang studi, keterangan seperti ini disebut juga dengan kurikulum (DEPDIKBUD, 1990: 3), atau pengajaran lintas bidang studi (Maryanto, 1994: 3).
Secara umum pembelajaran terpadu pada prinsipnya terfokus pada pengembangan perkembangan kemampuat siswa secara optimal, oleh karena itu dibutuhkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Melalui pembelajaran terpadu siswa dapat pengalaman langsung dalam proses belajarnya, hal ini dapat menambah daya kemampuan siswa semakin kuat tentang hal-hal yang dipelajarinya.
Pembelajaran terpadu juga suatu model pembelajaran yang dapat dikatakan sebagai pendekatan pembelajaran yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman yang bermakna kepada siswa. Dikatakan bermakna pada pembelajaran terpadu artinya, siswa akan memahami konsep-konep yang mereka pelajari itu melalui pengalaman langsung dan menghubungkan dengan konsep yang lain yang sudah mereka pahami.
Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Tim Pengembang D-2 PGSD dan S-2 Pendidikan Dasar (1997 : 17) yang mengatakan bahwa “ pembelajaran terpadu adalah suatu pendekatan belajar mengajar yang melibatkan beberapa bidang studi untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa”.
Pada dasarnya pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa baik individu maupun kelompok aktif mencari, menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara holistik, bermakna dan otentik.
Berdasarkan uraian di atas maka pembelajaran terpadu sebagai berikut:
1.    Pembelajaran dari suatu tema tertentu sebagai pusat perhatian yang digunakan untuk memahami gejala-gejala dan konsep lain baik berasal dari bidang studi yang bersangkutan ataupun lainnya.
2.    Suatu pendekatan pembelajaran yang menghubungkan berbagai bidang studi yang mencerminkan dunia nyata disekeliling dan dalam rentang kemampuan dan perkembangan anak.
3.    Suatu cara untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan anak secara simultan.
4.    Menggabungkan sebuah konsep dalam beberapa bidang studi yang berbeda dengan harapan anak akan belajar dengan lebih baik dan bermakna.
B.    Konsep Pembelajaran Terpadu
Kecenderungan konsep pembelajaran terpadu diyakini sebagai suatu pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan pembelajaran anak. Pendekatan ini berangkat dari suatu paham bahwa pembelajaran terpadu merupakan suatu konsep dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak.
Adapun untuk dapat melaksanakan pembelajaran terpadu, beberapa hal yang diperlukan antara lain adalah:
1.    Kejelian guru dalam mengantisipasi pemanfaatan berbagai arahan pengait konseptual intra ataupun antar bidang studi.
2.    Penguasaan material dan metodologi terhadap bidang-bidang studi yang bisa dikaitkan.
3.    Wawasan kependidikan yang mampu membuat guru selalu waspada untuk memanpaatkan setiap keputusan dan tindakan untuk memberikan uraian nyata bagi pencapaian tujuan utuh pendidikan.
Untuk mempermudah ilustrasi proses pembelajaran terpadu, dapat dilihat melalui alur proses seperti dibawah ini:
Topik/tema
Pertanyaan-pertanyaan dari Topik/tema
Bagaimana guru dapat menyusun kegiatan pembelajaran?
Kegiatan apa saja yang dapat meliputi pertanyaan di atas?
Pembelajaran Terpadu
Kegiatan yang melibatkan aspek kognitif, afektif dan fsikomotormelalui keterpaduan beberapa mata pelajaran
(Hilda Karli, 2003: 52)
Bagan Alur Proses Pembelajaran Terpadu
Berdasarkan bagan diatas kecenderungan pembelajaran terpadu diyakini sebagai pendekatan yang berorientasi pada praktek pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak. Pendekatan ini berangkat dari teori pembelajaran sebagai dasar pembentukan pengetahuan dan struktur intelektual anak, pelaksanaan pendekatan ini bertolak dari suatu topik atau tema-tema yang dipilih/dikembangkan guru bersama anak, tujuan dari tema ini bukan untuk literasi bidang studi, akan tetapi konsep-konsep dari bidang studi terkait dijadikan alat dan wahana untuk mempelajari topik dan tema tersebut.
C.    Karakteristik Pembelajaran Terpadu
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, seperti menurut Hilda Karli (2003: 53) mengungkapkan bahwa:
Pembelajaran terpadu memiliki beberapa macam karakteristik, diantaranya:
1.    Berpusat pada anak (studend centerd).
2.    Memberi pengalaman langsung pada anak.
3.    Pemisahan antara bidang studi tidak begitu jelas.
4.    Menyajikan konsep dari berbagai bidang studi dalam suatu proses pembelajaran.
5.    Bersipat luwes.
6.    Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan anak.
7.    Holistik, artinya suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu di amati dan di kaji dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut pandang yang terkotak-kotak.
8.    Bermakna, artinya pengkajian suatu penomena dari berbagai macam aspek memungkinkan terbentuknya semacam jalinan skemata yang dimiliki siswa.
9.    Otentik, artinya informasi dan pengetahuan yang diperoleh sipatnya menjadi otentik.
10.    Aktif, artinya siswa perlu terlibat langsung dalam proses pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga proses evaluasi.
Wujud lain dari implementasi terpadu yang bertolak pada tema, yakni kegiatan pembelajaran yang dikenal dengan berbagai nama seperti pembelajaran proyek, pembelakaran unit, pembelajaran tematik dan sebagainya.
Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran terpadu diantaranya:
1.    Pengalaman dan kegiatan belajar anak akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak.
2.    Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak pada minat dan kebutuhan anak.
3.    Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak sehingga hasil belajar akan dapat bertahan lebih lama.
4.    Pembelajaran Terpadu menumbuh kembangkan keterampilan berpikir anak.
5.    Menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui dalam lingklungan anak.
6.    Menumbuh kembangkan keterampilan sosial anak seperti kerja sama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain.
Selain kelebihan pembelajaran terpadu juga memiliki keterbatasan terutama pada pelaksanaannya, terutama pada aspek evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk melakukan evaluasi tidak hanya terhadap hasil tetapi juga terhadap proses.
D.    Tipe Pembelajaran Terpadu antar Bidang Studi dan Intra Bidang Studi
Fogarty memperkenalkan 10 model pembelajaran terpadu yakni: fragmented, connected, nested, seguenced, shaved, webbed, threaded, integrated, immersed, networked.
Kesepuluh model tersebut dibagi ketiga tipe. Tipe yang pertama adalah tipe pembelajaran terpadu dalam satu disiplin ilmu (fragmented, connected, nested), tipe kedua yakni pembelajaran terpadu antara bidang studi (seguenced, shaved, webbed, threaded, integrated), tipe ketiga adalah keterpaduan dalam faktor siswanya (immersed, networked), (Fogarty, 1991: XV).
BAGAN
Tipe Pembelajaran Terpadu antar Bidang Studi
a. Seguenced (bertahap)                 b. Shaved (berbagi)
c. Webbed (jaring laba-laba)            d. Threoded (bergalur)
e. Integrated (terpadu)
Tipe Keterpaduan dalam Satu Disiplin Ilmu
Fragmented     Nested                              Connected
Tipe Keterpaduan dalam Faktor Siswa
Immersed             Networked
E.    Perencanaan Pembelajaran Terpadu Model Integreted
Perencanaan pebelajaran pada hakikatnya adalah rangkaian isi dan kebutuhan pembelajaran yang bersipat menyeluruh dan sistematis yang digunakan sebagai pedoman dari guru dalam mengelola proses pembelajaran. Keberhasilan pembelajaran terpadu sangat ditentukan oleh seberapa jauh pembelajaran terpadu itu direncanakan dan dikemas sesuai dengan kondisi peserta didik seperti minat, bakat, kebutuhan dan kemampuan peserta didik.
BAGAN
Langkah-langkah pembelajaran terpadu
Memberi tanda PB/SPB yang dipadukan dan menghubungkannya
Menentukan jenis mata pelajaran yang akan dipadukan
Menyusun daftar PB/SPB mata pelajaran yang dipaduklan
Membaca dan mengkaji uraian PB/SPB
Menentukan tema pemersatu
Penguraian lanjut PB/SPB yang dipadukan
Membuat satuan pembelajaran/rencana masing-masing mata pelajaran
F.    Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Model Integreted
Untuk model keterpaduan maka proses pembelajaran terpadunya dapat dikemukakan dalam tabel berikut:
Perencanaan    Pelaksanaan    Kulminasi
Peta konsep berbagai bidang studi
Konsep-konsep berhubungan
Rancangan aktivitas belajar    Pelaksanaan tugas
Analisis hasil
Penyusunan laporan    Penyajian laporan
Evaluasi
Adapun langkah dan tahapan dalam pembelajaran terpadu model integreted yaitu:
a.    Langkah guru merancang program rencana pembelajaran dengan mengadakan penjajakan tema dengan cara curah pendapat (brain stroming).
b.    Tahap pelaksanaan melakukan kegiatan:
1.    Proses prengumpulan informasi.
2.    Pengelolaan informasi dengan cara analisis komparasi dan sintesis.
3.    Penyusunan laporan, dapat dilakukan dengan cara verbal, gravisi, victorial, audio, gerak dan model.
c.    Tahap kulmunasi dilakukan dengan:
1.    Penyajian laporan (tertulius, oral, unjuk kerja, produk).
2.    Penilaian meliputi proses dan produk dengan menggunakan prosedur formal dan informal dengan tekanan pada penilaian produk.
Model ini merupakan pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar bidang studi, yaitu dengan cara menggabungakan bidang studi dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling tumpang tindih didalam beberapa bidang studi.
BAGAN
Integrated (terpadu)
Matematika                                                              IPS
-Membandingkan                                      -Penggunaan peta
volume 2 bejana                         -Transfortasi
- Mengurutkan 3 atau            Penerapan /                       masa lampau
lebih bejana berisi                   percobaan
air berdasarkan
volumenya
Pemecahan masalah           AIR                     Keterampilan
-membaca wacana                            -Percobaan
dengan intonasi yang                     untuk menunjukan
benar                Pelaporan        bahwa air
-menceritakan isi                         mempunyai
wacana                             tekanan
- menyimpulkan isi
wacana
Bahasa Indonesia                          IPA
Adapun kekuatan dan kelemahan model integreted yaitu:
Kekuatan :
1.    Memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan keterhubungan diantara berbagai bidang studi.
2.    Memungkinkan pemahaman antar bidang studi dan memberikan penghargaan terhadap pengetahuan dan keahlian.
3.    Mampu membangun motivasi.
Kelemahan:
1.    Sulit diterapkan secara penuh.
2.    Menuntut keterampilan guru dalam percaya diri dan penguasaan konsep sikap juga keterampilannya.
3.    Menghendaki tim antar bidang studi yang kadang-kadang sulit dilakukan baik dalam perencanaan maupun pelaksanaan.
4.    Mengintegrasikan kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing disiplin menuntut komitmen terhadap berbagai sumber.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS

Konsep Pendidikan IPS


KONSEP PENDIDIKAN IPS
A. Pengertian IPS
IPS merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu tersendiri, sehingga tidak akan ditemukan baik dalam nomenklatur filsafat ilmu, disiplin ilmu-ilmu sosial (social science), maupun ilmu pendidikan (Sumantri. 2001:89). Social Scence Education Council (SSEC) dan National Council for Social Studies (NCSS), menyebut IPS sebagai “Social Science Education” dan “Social Studies”. Dengan kata lain, IPS mengikuti cara pandang yang bersifat terpadu dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, ilmu politik, ilmu hukum, sejarah, antropologi, psikologi, sosiologi, dan sebagainya
Dalam bidang pengetahuan sosial, ada banyak istilah. Istilah tersebut meliputi : Ilmu Sosial (Social Sciences), Studi Sosial (Social Studies) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
1. Ilmu Sosial (Social Science)
Achmad Sanusi memberikan batasan tentang Ilmu Sosial (Saidihardjo,1996.h.2) adalah sebagai berikut: “Ilmu Sosial terdiri disiplin-disiplin ilmu pengetahuan sosial yang bertarap akademis dan biasanya dipelajari pada tingkat perguruan tinggi, makin lanjut makin ilmiah”.
Menurut Gross (Kosasih Djahiri,1981.h.1), Ilmu Sosial merupakan disiplin intelektual yang mempelajari manusia sebagai makluk sosial secara ilmiah, memusatkan pada manusia sebagai anggota masyarakat dan pada kelompok atau masyarakat yang ia bentuk.
Nursid Sumaatmadja, menyatakan bahwa Ilmu Sosial adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia baik secara perorangan maupun tingkah laku kelompok. Oleh karena itu Ilmu Sosial adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat.
2. Studi Sosial (Social Studies).
Berbeda dengan Ilmu Sosial, Studi Sosial bukan merupakan suatu bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah social. Dalam kerangka kerja pengkajian Studi Sosial menggunakan bidang-bidang keilmuan yang termasuk bidang-bidang Ilmu Sosial.
Tentang Studi Sosial ini, Achmad Sanusi (1971:18) memberi penjelasan sebagai berikut : Studi Sosial tidak selalu bertaraf akademis-universitas, bahkan merupakan bahan-bahan pelajaran bagi siswa sejak pendidikan dasar, dan dapat berfungsi selanjutnya sebagai pengantar bagi lanjutan kepada disiplin-disiplin Ilmu Sosial. Studi Sosial bersifat interdisipliner, dengan menetapkan pilihan judul atau masalah-masalah tertentu berdasarkan sesuatu rangka referensi, dan meninjaunya dari beberapa sudut sambil mencari logika dari hubungan-hubungan yang ada satu dengan lainnya. Sesuatu acara ditinjau dari beberapa sudut sekomprehensif mungkin.
Kerangka kerja Studi Sosial tidak menekankan pada bidang teoretis, namun lebih kepada bidang-bidang praktis dalam mempelajari gejala dan masalah-masalah sosial yang terdapat di lingkungan masyarakat. Studi Sosial tidak terlalu akademis-teoretis, namun merupakan satu pengetahuan praktis dan dapat diajarkan pada tingkat persekolahan, yaitu mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi.
Pendekatan yang digunakan Studi Sosial sangat berbeda dengan pendekatan yang biasa digunakan dalam Ilmu Sosial. Pendekatan Studi Sosial bersifat interdisipliner atau bersifat multidisipliner dengan menggunakan berbagai bidang keilmuan. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam Ilmu Sosial (Social Sciences) bersifat disipliner dari bidang ilmunya masing-masing. Demikian pula pada tingkat dan taraf yang lebih rendah pendekatan Studi Sosial lebih bersifat multidimensional, yaitu meninjau satu gejala atau masalah sosial dari berbagai dimensi atau aspek kehidupan.
Studi Sosial sebagai bahan pembelajaran karena sifatnya lebih mendasar dapat disajikan kepada tingkat yang lebih rendah, sesuai dengan yang dikemukakan oleh John jaromelik (1977:3-4) sebagai berikut:
Social studies has as its particular mission the task of helping young people develop comptencies that enable them to deal with, and to some extent manage, the physical and social forces of the world in which they live. Such competencies make to possible for pupils to shape their lives in harmony with those forces. Social studies education should also provide young people with a feeling of hope in the future and comfidence in their ability to solve social problems.
3. Pengetahuan Sosial (IPS)
Harus diakui bahwa ide IPS berasal dari literatur pendidikan Amerika Serikat. Nama asli IPS di Amerika Serikat adalah “Social Studies”. Istilah tersebut pertama kali dipergunakan sebagai nama sebuah komite yaitu “Committee of Social Studies” yang didirikan pada tahun 1913. Tujuan dari pendirian lembaga itu adalah sebagai wadah himpunan tenaga ahli yang berminat pada kurikulum Ilmu-ilmu Sosial di tingkat sekolah dan ahli-ahli Ilmu-ilmu Sosial yang mempunyai minat sama.
Definisi IPS menurut National Council for Social Studies (NCSS), mendifisikan IPS sebagai berikut: social studies is the integrated study of the science and humanities to promote civic competence. Whitin the school program, socisl studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate content from the humanities, mathematics, and natural sciences. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizen of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world.
Pada dasarnya Mulyono Tj. (1980:8) memberi batasan IPS adalah merupakan suatu pendekatan interdsipliner (Inter-disciplinary Approach) dari pelajaran Ilmu-ilmu Sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang Ilmu-ilmu Sosial, seperti sosiologi, antropologi budaya, psikologi sosial, sejarah, geografi, ekonomi, ilmu politik, dan sebagainya. Hal ini lebih ditegaskan lagi oleh Saidiharjo (1996:4) bahwa IPS merupakan hasil kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi, politik.
B. Sejarah Pertumbuhan Ilmu Pengetahuan Sosial
Bidang studi IPS yang masuk ke Indonesia adalah berasal dari Amerika Serikat, yang di negara asalnya disebut Social Studies. Pertama kali Social Studies dimasukkan dalam kurikulum sekolah adalah di Rugby (Inggris) pada tahun 1827, atau sekitar setengah abad setelah Revolusi Industri (abad 18), yang ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia menjadi tenaga mesin.
Latar belakang dimasukkannya Social studies dalam kurikulum sekolah di Amerika Serikat berbeda dengan di Inggris karena situasi dan kondisi yang menyebabkannya juga berbeda. Penduduk Amerika Serikat terdiri dari berbagai macam ras diantaranya ras Indian yang merupakan penduduk asli, ras kulit putih yang datang dari Eropa dan ras Negro yang didatangkan dari Afrika untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan negara tersebut.
Pada awalnya penduduk Amerika Serikat yang multi ras itu tidak menimbulkan masalah. Baru setelah berlangsung perang saudara antara utara dan selatan atau yang dikenal dengan Perang Budak yang berlangsung tahun l861-1865 dimana pada saat itu Amerika Serikat siap untuk menjadi kekuatan dunia, mulai terasa adanya kesulitan, karena penduduk yang multi ras tersebut merasa sulit untuk menjadi satu bangsa.
Selain itu juga adanya perbedaan sosial ekonomi yang sangat tajam. Para pakar kemasyarakatan dan pendidikan berusaha keras untuk menjadikan penduduk yang multi ras tersebut menjadi merasa satu bangsa yaitu bangsa Amerika. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan memasukkan social studies ke dalam kurikulum sekolah di negara bagian Wisconsin pada tahun 1892. Setelah dilakukan penelitian, maka pada awal abad 20, sebuah Komisi Nasional dari The National Education Association memberikan rekomendasi tentang perlunya social studies dimasukkan ke dalam kurikulum semua sekolah dasar dan sekolah menengah Amerika Serikat. Adapun wujud social studies ketika lahir merupakan semacam ramuan dari mata pelajaran sejarah, geografi dan civics.
Di samping sebagai reaksi para pakar Ilmu Sosial terhadap situasi sosial di Inggris dan Amerika Serikat, pemasukan Social Studies ke dalam kurikulum sekolah juga dilatarbelakangi oleh keinginan para pakar pendidikan. Hal ini disebabkan mereka ingin agar setelah meninggalkan sekolah dasar dan menengah, para siswa: (1) menjadi warga negara yang baik, dalam arti mengetahui dan menjalankan hak-hak dan kewajibannya; (2) dapat hidup bermasyarakat secara seimbang, dalam arti memperhatikan kepentingan pribadi dan masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para siswa tidak perlu harus menunggu belajar Ilmu-ilmu Sosial di perguruan tinggi, tetapi sebenarnya mereka sudah mendapat bekal pelajaran IPS di sekolah dasar dan menengah. Pengembangan Pendidikan IPS SD.
Pertimbangan lain dimasukkannya social studies ke dalam kurikulum sekolah adalah kemampuan siswa sangat menentukan dalam pemilihan dan pengorganisasian materi IPS. Agar materi pelajaran IPS lebih menarik dan lebih mudah dicerna oleh siswa sekolah dasar dan menengah, bahan-bahannya diambil dari kehidupan nyata di lingkungan masyarakat. Bahan atau materi yang diambil dari pengalaman pribadi, teman-teman sebaya, serta lingkungan alam, dan masyarakat sekitarnya. Hal ini akan lebih mudah dipahami karena mempunyai makna lebih besar bagi para siswa dari pada bahan pengajaran yang abstrak dan rumit dari Ilmu-ilmu Sosial.
Latar belakang dimasukkannya bidang studi IPS ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia sangat berbeda dengan di Inggris dan Amerika Serikat. Pertumbuhan IPS di Indonesia tidak terlepas dari situasi kacau, termasuk dalam bidang pendidikan, sebagai akibat pemberontakan G30S/PKI, yang akhirnya dapat ditumpas oleh Pemerintahan Orde Baru. Setelah keadaan tenang pemerintah melancarkan Rencana Pembangunan Lima Tahun (Repelita). Pada masa Repelita I (1969-1974) Tim Peneliti Nasional di bidang pendidikan menemukan lima masalah nasional dalam bidang pendidikan. Kelima masalah tersebut antara lain:
  1. Kuantitas, berkenaan dengan perluasan dan pemerataan kesempatan belajar.
  2. Kualitas, menyangkut peningkatan mutu lulusan
  3. Relevansi, berkaitan dengan kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan pembangunan.
  4.  Efektifitas sistem pendidikan dan efisiensi penggunaan sumber daya dan dana.
  5. Pembinaan generasi muda dalam rangka menyiapkan tenaga produktif bagi kepentingan pembangunan nasional.
Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yangn dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Dalam kurikulum SD, IPS berganti nama menjadi Pengetahuan Sosial. Pengembangan kurikulum Pengetahuan Sosial merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat.
C. Rasional Mempelajari IPS.
Rasionalisasi mempelajari IPS untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah agar siswa dapat:
1.      Mensistematisasikan bahan, informasi, dan atau kemampuan yang telah dimiliki tentang manusia dan lingkungannya menjadi lebih bermakna.
2.      Lebih peka dan tanggap terhadap berbagai masalah sosial secara rasional dan bertanggung jawab.
3.      Mempertinggi rasa toleransi dan persaudaraan di lingkungan sendiri dan antar manusia.
IPS atau disebut Pengetahuan Sosial pada kurikulum 2004, merupakan satu mata pelajaran yang diberikan sejak SD dan MI sampai SMP dan MTs. Untuk jenjang SD dan MI Pengetahuan Sosial memuat materi Pengetahuan Sosial dan Kewarganegaraan.
Pada haikatnya, pengetahuan Sosial sebagai suatu mata pelajaran yang menjadi wahana dan alat untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, antara lain:
1. Siapa diri saya?
2. Pada masyarakat apa saya berada?
3. Persyaratan-persyaratan apa yang diperlukan diri saya untuk menjadi anggota suatu kelompok masyarakat dan bangsa?
4. Apa artinya menjadi anggota masyarakat bangsa dan dunia?
5. Bagaimanakah kehidupan manusia dan masyarakat berubah dari waktu ke waktu?
Pertanyaan-pertanyaan tersebut harus dijawab oleh setiap siswa, dan jawabannya telah dirancang dalam Pengetahuan sosial secara sistematis dan komprehensip. Dengan demikian, Pengetahuan Sosial diperlukan bagi keberhasilan siswa dalam kehidupan di masyarakat dan proses menuju kedewasaan.



HAKIKAT DAN TUJUAN PENDIDIKAN IPS
  1. Hakikat Pendidikan IPS
Hakikat IPS, adalah telaah tentang manusia dan dunianya. Manusia sebagai makhluk sosial selalu hidup bersama dengan sesamanya. Dengan kemajuan teknologi pula sekarang ini orang dapat berkomunikasi dengan cepat di manapun mereka berada melalui handphone dan internet. Kemajuan Iptek menyebabkan cepatnya komunikasi antara orang yang satu dengan lainnya, antara negara satu dengan negara lainnya. Dengan demikian maka arus informasi akan semakin cepat pula mengalirnya. Oleh karena itu diyakini bahwa “orang yang menguasai informasi itulah yang akan menguasai dunia”.
Suatu tempat atau ruang dipermukaan bumi, secara alamiah dicirikan oleh kondisi alamnya yang meliputi iklim dan cuaca, sumber daya air, ketinggian dari permukaan laut, dan sifat-sifat alamiah lainnya. Jadi bentuk muka bumi seperti daerah pantai, dataran rendah, dataran tinggi, dan daerah pegunungan akan mempengaruhi terhadap pola kehidupan penduduk yang menempatinya. Lebih jelasnya Anda dapat mencermati contoh berikut ini.
• Corak kehidupan masyarakat di tepi pantai utara Jawa yang bentuknya landai dengan laut yang tenang dan tidak begitu tinggi serta arus angin yang tidak begitu kencang, sangat menguntungkan bagi masyarakat untuk mencari ikan. Hal ini disebabkan ikan banyak berkumpul di kawasan laut yang dangkal yang masih tertembus sinar matahari. Oleh karena itu mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai nelayan. Hampir semua pelabuhan-pelabuhan besar di pulau Jawa sebagian besar terletak di pantai utara Jawa.
• Dataran rendah yang meliputi daerah pantai sampai ketinggian 700 meter di atas permukaan laut merupakan kawasan yang cadangan airnya cukup, didukung oleh iklimnya yang cocok, merupakan potensi alam yang cocokuntuk dikembangkan sebagai areal pertanian, misalnya Karawang, Bekasi, Indramayu, Subang dan sebagainya. Dataran tinggi yang beriklim sejuk, dengan cadangan air yang sudah semakin berkurang maka sistem pertanian yang dikembangkan adalah pertanian lahan kering dan holtikultura seperti sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias.
• Lain dengan daerah pegunungan yang memiliki corak tersendiri. Karena sedikitnya persediaan air tanah, mengakibatkan pemukiman penduduk terpusat di lembah-lembah atau mendekati alur sungai. Hal ini dikarenakan mereka berusaha untuk mendapatkan sumber air yang relatif mudah. Ladang yang mereka usahakan biasanya terletak di lembah pegunungan.
Aspek pengaturan dan kebijakan ini termasuk aspek politik
Marilah kita cermati kembali apa yang sudah kita pelajari di atas. Setelah kita pelajari ternyata kehidupan itu banyak aspeknya, meliputi aspek-aspek:
1.      hubungan sosial: semua hal yang berhubungan dengan interaksi manusia tentang proses, faktor-faktor, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu sosiologi.
2.      ekonomi: berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan manusia, perkembangan, dan permasalahannya dipelajari dalam ilmu ekonomi.
3.      psikologi: dibahas dalam ilmu psikologi.
4.      budaya: dipelajari dalam ilmu antropologi.
5.      sejarah: berhubungan dengan waktu dan perkembangan kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu sejarah.
6.      geografi: hubungan ruang dan tempat yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia dipelajari dalam ilmu geografi.
7.      politik: berhubungan dengan norma, nilai, dan kepemimpinan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat dipelajari dalam ilmu politik
  1. Tujuan Pendidikan IPS
Berdasarkan pada falsafah negara tersebut, maka telah dirumuskan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
membentuk manusia pembangunan yang ber-Pancasila dan untuk membentuk manusia yang sehat jasmani dan rokhaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat mengembangkan kreativitas dan tanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi dan disertai budi pekerti yang luhur, mencintai bangsanya, dan mencintai sesama manusia sesuai ketentuan yang termaksud dalam UUD 1945.
Berkaitan dengan tujuan pendidikan di atas, kemudian apa tujuan dari pendidikan IPS yang akan dicapai? Tentu saja tujuan harus dikaitkan dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan tantangan-tantangan kehidupan yang akan dihadapi anak. Berkaitaan dengan hal tersebut, kurikulum 2004 untuk tingkat SD menyatakan bahwa, Pengetahuan Sosial (sebutan IPS dalam kurikulum 2004), bertujuan untuk:
1.    mengajarkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan, pedagogis, dan psikologis.
2.    mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan social.
3.    membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4.    meningkatkan kemampuan bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global.
Sejalan dengan tujuan tersebut tujuan pendidikan IPS menurut (Nursid Sumaatmadja. 2006) adalah “membina anak didik menjadi warga negara yang baik, yang memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kepedulian social yang berguna bagi dirinya serta bagi masyarakat dan negara” Sedangkan secara rinci Oemar Hamalik merumuskan tujuan pendidikan IPS berorientasi pada tingkah laku para siswa, yaitu : (1) pengetahuan dan pemahaman, (2) sikap hidup belajar, (3) nilai-nilai sosial dan sikap, (4) keterampilan (Oemar hamalik. 1992 : 40-41).
Untuk lebih jelasnya akan dibahas satu persatu.
Pengetahuan dan Pemahaman
Salah satu fungsi pengajaran IPS adalah mentransmisikan pengetahuan dan pemahaman tentang masyarakat berupa fakta-fakta dan ide-ide kepada anak.
Sikap belajar
IPS juga bertujuan untuk mengembangkan sikap belajar yang baik. Artinya dengan belajar IPS anak memiliki kemampuan menyelidiki (inkuiri) untuk menemukan ide-ide, konsep-konsep baru sehingga mereka mampu melakukan perspektif untuk masa yang akan datang.
Nilai-nilai sosial dan sikap
Anak membutuhkan nilai-nilai untuk menafsirkan fenomena dunia sekitarnya, sehingga mereka mampu melakukan perspektif. Nilai-nilai sosial merupakan unsur penting di dalam pengajaran IPS. Berdasar nilai-nilai sosial yang berkembang dalam masyarakat, maka akan berkembang pula sikap-sikap sosial anak. Faktor keluarga, masyarakat, dan pribadi/tingkah laku guru sendiri besar pengaruhnya terhadap perkembangan nilai-nilai dan sikap anak. Nilai-nilai tersebut, meliputi nilai edukatif, nilai praktis, nilai teoretis, nilai filsafat, dan nilai ketuhanan. Dengan pengembangan nilai-nilai tersebut diharapkan sumber daya manusia Indonesia diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, kepedulian, kesadaran, dan tanggung jawab sosial yang tinggi terhadap masyarakat, bangsa, dan negaranya, bagi pengembangan kini dan mendatang. Selanjutnya mari kita jelaskan satu per satu tentang nilai-nilai tersebut seperti dikemukakan oleh Nursid Sumaatmadja (1997), yaitu sebagai berikut:
a.         Nilai Edukatif
Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS, yaitu adanya perubahan perilaku sosial peserta didik ke arah yang lebih baik. Perilaku tersebut, meliputi aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Peningkatan kognitif disini tidak hanya terbatas makin meningkatnya pengetahuan sosial, melainkan pula peningkatan nalar sosial dan kemempuan mencari alternatif-alternatif pemecahan masalah sosial. Oleh karena itu, materi ang dibahas pada pendidikan IPS ini, jangan hanya terbatas pada kenyataan, fakta dan data sosial, melainkan juga mengangkat masalah sosial yang terjadi sehari-hari.
Dalam proses peningkatan perilaku sosial melalui pembinaan nilai edukatif, tidak hanya terbatas pada perilaku kognitif, melainkan lebih mendalam lagi berkenaan dengan perilaku afektifnya. Justru perilaku inilah yang lebih mewarnai afpek kemanusiaan. Melalui pendidikan IPS, perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian, dan tanggung jawab sosial peserta didik ditingkatkan. Masalh sebagai fakta sosial diprases melalui berbagai metode dan pendekatan sampai betul-betul membangkitkan kepedulian serta tanggung jawab peserta didik.
b.        Nilai Praktis
Pembelajaran dan pendidikan apa pun, nilainya tidak berarti apabila tidak dapat diterapkan secara praktis dalam kehidupan sosial sehari-hari. Dengan kata lain, pembelajaran dan pendidikan dianggap tidak memiliki makna yang baik, jika tidak memiliki nilai praktis. Oleh karena itu, pokok bahasan IPS itu jangan hanya tentang pengetahuan yang konseptual-teoretis belaka, melainkan digali dari kehidupan sehari-hari, misalnya mulai dari lingkungan terkecil keluarga, di pasar, di jalan, di tempat-tempat bermain dan seterusnya. Dalam hal ini nilai praktis itu disesuaikan dengan tingkat usia  dan kegiatan peserta didik sehari-hari. Pengetahuan IPS yang praktis tersebut bermanfaat dalam mengikuti berita, mendengarkan radio, membaca buku cerita, menghadapi permaslahan kehidupan sehari-hari sampai dengan pengetahuan IPS yang berguna melaksanakan pekerjaan sebagai wartawan, pejabat daerah, dan demikian selanjutnya. Pembelajaran pada pendidikan IPS tersebut diproses secara menarik, tidak terlepas dari kehidupn sehari-hari, dan secara langsung memiliki nilai praktis serta strategis dalam membina SDM sesuai dengan kenyataan hidup hari ini, terutama untuk masa-masa yang akan datang.
c.         Nilai Teoretis
Membina peserta didik hari ini pada proses perjalanannya diarahkan menjadi SDM untuk hari esok. Oleh karena itu, pendidikan IPS tidak hanya menyajikan dan membahas kenyataan, fakta dan data yang terlepas-lepas, melainkan lebih jauh dari pada itu menelaah keterkaitan aspek kehidupan sosial dengan yang lain-lainnya. Peserta didik dibina dan dikembangkan daya nalarnya ke arah dorongan mengetahui sendiri kenyataan (sense of reality) dan dorongan menggali sendiri di lapangan (sense of discovery). Kemampuan menyelidiki dan meneliti dengan mengajukan berbagai pernyataan (sense of inquiry) mereka dibina serta dikembangkan. Dengan demikian, kemampuan mereka mengajukan hipotesis dan dugaan-dugaan terhadap suatu persoalan, juga berkembang. Dalam menghadapi kehidupan sosial yang berkembang dengan cepat dan juga cepat berubah, kemampuan berteori ini sangat berguna serta strategis. Melalui pendidikan IPS, nilai teoretis ini dibina dan dikembangkan.
d.        Nilai Filsafat
Pembahasan ruang lingkup IPS secara bertahap dan keseluruhan sesuai dengan perkembangan kemampuan peserta didik, dapat mengembangkan kesadaran mereka selaku anggota masyarakat atau sebagai makhluk sosial. Melalui proses yang demikian, peserta didik dikembangkan kesadaran dan penghayatannya terhadap keberadaannya di tengah-tengah masyarakat, bahkan juga di tengah-tengah alam raya ini. Dari kesadaran terhadap keberadaannya tadi, mereka disadarkan pula tentang peranannya masing-masing terhadap masyarakat, bahkan terhadap alam lingkungan secara keseluruhan. Dengan kata lain, kemampuan mereka merenungkan keberadaan dan peranannya di masyarakat ini, makin dikembangkan. Atas kemampuan mereka berfilsafat, tidak luput dari jangkauan pendidikan IPS. Dengan demikian, nilai filsafat yang demikian sangat berfaedah dalam kehidupan bermasyrakat, tidak luput dari perhatian pendidikan IPS ini.
e.         Nilai Ketuhanan
Pendidikan IPS dengan ruang lingkup dan aspek kehidupan sosial yang demikian luas cakupannya, menjadi landasan kuat bagi penanaman dan pengembangan nilai ketuhanan yang menjadi kunci kebahagiaan kita baik lahir maupun batin. Nilai ketuhanan ini menjadi landasan moralitas Sumber Daya Manusia (SDM) hari ini dan terutama masa yang akan datang. Hal ini wajib menjadi perhatian Anda dan semua selaku guru IPS bahwa materi dan proses pembelajaran apa pun pada pendidikan IPS, wajib berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan.
Keterampilan dasar IPS
Anak belajar menggunakan keterampilan dan alat-alat studi sosial, misalnya mencari bukti dengan berpikir ilmiah, keterampilan mempelajari data masyarakat, mempertimbangkan validitas dan relevansi data, mengklasifikasikan dan menafsirkan data-data sosial, dan merumuskan kesimpulan.


KARAKTERISTIK KONSEP DASAR IPS
Ruang lingkup IPS tidak lain adalah kehidupan sosial manusia di masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat inilah yang menjadi sumber utama IPS. Aspek kehidupan sosial apapun yang kita pelajari, apakah itu hubungan sosial, ekonomi, budaya, kejiwaan, sejarah, geografi ataukah itu politik, bersumber dari masyarakat. Sebagai contoh, secara langsung kita mengamati, mempelajari, bahkan mengalami aspek kehidupan sosial yang kita sebut ekonomi, tidak terlepas dari masyarakat. Ataukah dengan kata lain, aspek ekonomi ini bersumber dari masyarakat. Pemenuhan kebutuhan pokok, hubungan kegiatan ekonomi, seperti pedagang, proses produksi, semuanya terjadi di masyarakat. Dengan demikian masyarakat ini menjadi sumber materi IPS.
Sebagai program pendidikan IPS yang layak harus mampu memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan,, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan agar peserta didik menjadi warga masyarakat yang berguna, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Ketiga aspek yang dikaji dalam proses pendidikan IPS (memberikan berbagai pengertian yang mendasar, melatih berbagai keterampilan, serta mengembangkan sikap moral yang dibutuhkan) merupakan karakteristik IPS sendiri.
Nu’man Somantri, yang dikutip oleh Daldjoeni (1981) menyatakan bahwa pembaharuan pengajaran IPS sebenarnya masih dalam proses yang penuh berisi berbagai eksperimen. Adapun ciri-ciri yang kedapatan di dalamnya memuat rincian sebagai berikut.
a)         Bahwa pelajarannya akan lebih banyak memperhatikan minat para siswa, masalah-masalah sosial dekat, keterampilan berpikir (khususnya tentang menyelidiki sesuatu), serta pemeliharaan dan pemanfaatan lingkungan alam.
b)        Program studi IPS akan mencerminkan berbagai kegiatan dasar dari manusia.
c)         Organisasi kurikulum IPS akan bervariasi dari susunan yang integreted (terpadu), correlated (berhubungan) sampai yang separated (terpisah).
d)        Susunan bahan pembelajaran akan bervariasi dari pendekatan kewargaan negara, fungsional, humanitis sampai yang struktural.
e)         Kelas pengajaran IPS akan dijadikan laboratorium demokrasi.
f)         Evaluasinya tak hanya akan mencakup aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomor saja, tetapi juga mencobakan mengembangkan apa yang disebut democratic quotient dan citizenship quotient.
g)        Unsur-unsur sosiologi dan pengetahuan sosial lainnya akan melengkapi program pembelajaran IPS, demikian pula unsur-unsur science, teknologi, matematika, dan agama akan ikut memperkaya bahan pembelajarannya.
Karakteristik lain yang juga merupakan ciri mandiri pengajaran IPS, yakni digunakannya pendekatan pengembangan bahan pembelajaran IPS dalam rangka menjawab permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam proses pembelajaran, baik di Sekolah Dasar maupun Lanjutan.
Pemilihan atau seleksi konsep-konsep ilmu-ilmu sosial guna pengembangan materi pembelajaran IPS sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada tingkat yang berbeda tidaklah mudah, namun harus didasarkan pada beberapa prinsip, seperti yang dikemukakan oleh Buchori Alma dan Harlasgunawan (1987) yang menyatakan prinsip-prinsip tersebut, antara lain berikut ini.
a.       Keperluan
Konsep yang akan diajarkan  harus konsep yang diperlukan oleh peserta didik dalam memahami “dunia” sekitarnya. Oleh sebab itu, lingkungan hidup yang berbeda memerlukan konsep yang berlainan pula.
b.      Ketepatan
Perumusan yang akan diajarkan harus tepat sehingga tidak memberi peluang bagi penafsiran yang salah (salah konsep).
c.       Mudah Dipelajari
Konsep yang diperoleh harus dapat disajikan dengan mudah. Fakta dan contohnya harus terdapat di lingkungan hidup peserta didik serta sudah dikenal oleh para peserta didik tersebut.
d.      Kegunaan
Konsep yang akan diajarkan hendaknya benar-benar berguna bagi kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara Indonesia pada umumnya serta masyarakat lingkungan dimana ia hidup bersama dalam keluarga serta masyarakat terdekat pada khususnya.
Evaluasi pembelajaran IPS yang berkesinambungan, sebaiknya dilakukan terus-menerus sesuai dengan keterlaksanaan proses pembelajarannya. Evaluasi semacam ini merupakan barometer atau pengecekan apakah proses yang berlangsung itu dapt diikuti dan dipahami oleh peserta didik. Apakah target yang telah ditetapkan atau kompetensi yang telah ditetapkan sudah dapat dicapai. Evaluasi semacam ini bisa kita sebut sebagai evaluasi formatif, sedangkan evaluasi yang merupakan kulminasi tadi, merupakan penilaian keberhasilan dari seluruh rangkaian proses kegiatan pembelajaran atau biasa kita sebut dengan evaluasi sumatif.
Untuk membahas lebih jelas tentang karakteristik IPS, dapat dilihat dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
1.    Materi IPS
Ada 5 macam sumber materi IPS antara lain:
    1. Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar anak sejak dari keluarga, sekolah, desa, kecamatan sampai lingkungan yang luas negara dan dunia dengan berbagai permasalahannya.
    2. Kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, transportasi.
    3. Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan anak yang terdekat sampai yang terjauh.
    4. Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia, sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang besar.
    5. Anak sebagai sumber materi meliputi berbagai segi, dari makanan, pakaian, permainan, keluarga.
2.    Strategi Penyampaian Pembelajaran IPS
Strategi penyampaian pengajaran IPS, sebagaian besar adalah didasarkan pada suatu tradisi, yaitu materi disusun dalam urutan: anak (diri sendiri), keluarga, masyarakat/tetangga, kota, region, negara, dan dunia. Tipe kurikulum seperti ini disebut “The Wedining Horizon or Expanding Enviroment Curriculum” (Mukminan, 1996:5).
Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah, artinya anak sudah matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah adalah sebagai berikut.
1. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya, tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadian-kejadian-peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus dan tersebar di sekitar lingkungnnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka ingin aktif, belajar, dan berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci yang seringkali kurang penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain
2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi belajarnya di sekolah.
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian harus dibuat menarik bagi siswa.
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • Twitter
  • RSS